Koneksi Antar Materi dan Rancangan Aksi Nyata : PROGRAM GURU PENGGERAK - Angkatan 1

 

“Menuju Manusia Merdeka bersama Ki Hajar Dewantara

Melalui Profil Pelajar Pancasila yang Unggul dan Mengglobal”

 

Oleh                : Putu Eka Juliana Jaya

Kelompok      : 3

Fasilitator       : Bapak Yuli Cahyono
Pendamping  : Bapak I Komang Witarsa

 

Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004). Namun pola yang ada dewasa ini masih cenderung 1 arah, belum berfokus & berpusat pada murid, antar guru masih banyak yang belum kolaborasi. Maka kami perlu mempertajam keterampilan kepemimpinan, menggali lebih dalam tentang jati diri kami, mengasah berbagai keterampilan manajemen sekolah serta memperkaya dan menunjang sumber daya manusia yang berkualitas dan mumpuni (Yuli Cahyono, 2020). 

Mempelajari pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara merupakan fokus dari pelatihan calon guru penggerak angkatan pertama kali ini. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran jelas pemisahannya. Ki Hadjar membedakan antara “Pengajaran” dan “Pendidikan”. “Pendidikan” adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan “Pengajaran” adalah “Pendidikan” dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004). Di samping itu, “Pengajaran” yang tidak berdasarkan semangat kebudayaan dan hanya mengutamakan intelektualisme dan individualisme yang memisahkan satu orang dengan orang lain hanya akan menghilangkan rasa keluarga dalam masyarakat di seluruh Indonesia yang sesungguhnya dan menjadi pertalian suci dan kuat serta menjadi dasar yang kokoh untuk mengadakan hidup tertib dan damai (Dewantara I , 2004).

Menurut Ki Hajar Dewantara; pengajaran dan pendidikan Nasional harus selaras dengan penghidupan dan kehidupan bangsa agar semangat cinta bangsa dan tanah air terpelihara. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara menekankan agar Pendidikan memperhatikan : [1] Kodrat Alam, [2] Kemerdekaan, [3] Kemanusiaan, [4] Kebudayaan, [5] Kebangsaan. Intisarinya adalah agar terwujud pendidikan yang memerdekakan siswa (Saksono, Gatut Ign, 2010) Dihubungkan dengan konteks pendidikan di Indonesia saat ini, termasuk juga di SMP Negeri 1 Denpasar, sebenarnya secara teori & kebijakan sudah relevan dan diadopsi, namun belum secara optimal dalam aplikasinya. Mengapa? Karena pola yang ada dewasa ini masih cenderung 1 arah, belum berfokus dan berpusat pada murid, antar guru masih banyak yang belum berkolaborasi. Maka dari itu memang perlu Program Guru Penggerak seperti ini untuk melahirkan guru penggerak, yang siap menjadi pemimpin dan menjadi agen perubahan pada transformasi Sisdiknas secara lebih utuh.

Pada pelatihan Program Guru Penggerak para Calon Guru Penggerak diajak untuk membahas lebih dalam tentang pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara, mendemonstasikan konsep pemikiran tersebut, yang berguna bagi Calon Guru Penggerak untuk mempertajam keterampilan kepemimpinan, menggali lebih dalam tentang jati diri kami, mengasah berbagai keterampilan manajemen sekolah serta memperkaya dan menunjang sumber daya manusia yang berkualitas dan mumpuni. “Menuju Manusia Merdeka” (Kemdikbud RI; 2020, Setkab RI; 2020). Refleksi filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara menjadi titik awal Calon Guru Penggerak menjadi agen perubahan dalam transformasi pendidikan di sekolah. Semoga hal ini dapat terwujud demi tercapainya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, menciptakan sumber daya manusia unggul yang mumpuni untuk berkiprah di dunia global, dengan tetap mengedepankan Pancasila dan kearifan budaya lokal maupun nasional yang melekat sebagai jati diri bangsa.

Sebagai berikut adalah question and answer sebagai refleksi dari pencapaian belajar saya:

1.      Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?

Saya meyakini bahwa murid perlu untuk dibentuk dengan pendekatan tarik ulur dalam kerangka; memiliki karakter sopan terpuji, disiplin terhadap waktu, tertib melaksanakan tugas, patuh pada instruksi, dan jujur dalam berkarya. Saya juga meyakini dan memaklumi bahwa setiap murid itu unik dengan talenta dan potensi serta minat masing-masing. Sering saya menerapkan instruksi, dan kurang dalam membuat kesepakatan karena saya pikir itu baik bagi mereka untuk dituntun dan diarahkan ke arah yang benar. Apa yang saya pikir baik untuk masa depan mereka ini, saya tuangkan dalam gaya dan pola saya mengajar. Gaya kepeminpinan saya menuntun murid cenderung top down.

Hasil nyata nya adalah murid 100% tuntas meraih kompetensi yang saya tetapkan dalam tujuan pembelajaran, dan memiliki kedisiplinan dan ketrampilan yang di atas rata-rata, serta terlatih untuk menuntaskan pekerjaannya sesuai arahan dan tepat waktu. Namun dari pengalaman yang ada, beberapa murid menjadi cukup tidak teratur saat diampu Guru lain. Setelah saya melakukan refleksi dan analisa, mungkin hal itu terjadi karena selama belajar dengan saya mereka tidak memiliki dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk menjadi “baik”, namun karena rasa takut ditegur atau dibina oleh saya. Hal ini menimbulkan rasa sedih dan rasa kecewa yang mendalam pada diri saya, saya merasa gagal menanamkan nilai yang saya harapkan. Namun saya tetap yakin, penanaman nilai yang selalu saya berikan dan dengungkan bagi murid saya akan mereka re-call kembali suatu saat nanti di masa depan, dan saat itulah mereka meyakini nilai kebenaran dalam pola mengajar saya.

 

2.      Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?

Perubahan mendasar dan penting adalah; bahwa saya semakin memiliki komitmen untuk lebih berpusat pada anak, menciptakan suasana merdeka belajar, menghargai kodrat anak, dan tak akan surut menanamkan budi pekerti pada anak, serta selalu memuliakan dan berhamba pada anak. Saya tidak akan kecewa dan sedih lagi apabila melihat hasil belajar dan sikap yang tidak sesuai tujuan pembelajaran. Perubahan ini muncul setelah mengikuti pelatihan pada Bimtek Program Guru Penggerak besutan Kemdikbud, Direktorat GTK. Beberapa saat belajar bersama Instruktur, Fasilitator, Pendamping, dan sesama Calon Guru Penggerak, membuat saya seolah terlahir kembali. Saya mulai memiliki wawasan “baru yang berbeda” dalam hal mendidik dan mengajar. Sangat mengesankan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Selama ini saya hanya mengetahuinya hanya sebatas semboyannya; yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Ya, sekarang saya tahu bahwa dalam mendidik saya harus fokus pada membentuk anak dengan menuntunnya untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dalam hidupnya di masa depan.

Saya sangat tertarik dan terkesima membaca semua tulisan tentang pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewanatara. Saya bertekad mengadopsinya dalam mengajar siswa saya demi menuju manusia Indonesia merdeka. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang terpatri dalam ingatan saya adalah: konsep Kodrat Alam dan Kodrat Zaman, Asas TriKon, konsep 'Budi Pekerti', dan Patrap Triloka. Saya tergugah untuk sering melakukan refleksi. Kata refleksi (reflection) dikenal sebagai sebuah tahapan dalam Experiencial Learning. Metode pembelajaran Experiential Learning merupakan metode pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, karena peserta diklat akan mengalami sendiri apa yang mereka telah pelajari. Dalam metode ini, pembelajaran tidak hanya tentang konsep materi saja, tetapi peserta terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman (Yuli Cahyono; 2000)

Saya bertekad pula untuk melakukan penerapan konsep Ki Hajar Dewantara tersebut dengan menyesuaikan dengan tuntutan jaman pada pendidikan abad 21 ini dengan menyesuaikan pada konteks lokal (budaya) di tempat asal saya, Salah satunya adalah mengedepankan pendidikan seni untuk mengasah jiwa dan karakter anak (Sutiyono, 2010). Saya pun dituntun untuk bersikap reflektif  kritis terhadap pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam mendesain kerangka Filosofis Pendidikan Merdeka untuk Pendidikan Indonesia sesuai dengan konteks lokal daerah asal. Saya juga siap mengadopsi desain pembelajaran dengan kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’ yang mengacu pada 7 Profil Pelajar Pancasila, yaitu: Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Niscaya dengan perubahan yang saya buat itu lebih utuh tercapai ketrampilan abad 21 dari murid saya, yaitu terbentuknya anak ber-Profil Pelajar Pancasila yang memiliki keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa disebut dengan 4C (Trilling, B. and Fadel, C. 2009).

Setelah membaca modul dan melakukan literasi semua bahan bacaan yang lain terkait pemikirian filosofis Ki Hajar Dewantara, saya juga lebih tersadar bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara ini luar biasa luas dan tidak lekang oleh jaman, cocok di segala jaman, termasuk pada era abad 21 ini dengan segala tuntutannya. Pelatihan Bimtek Guru Belajar serta pelatihan Bimtek Guru Pendamping Khusus yang sudah saya ikuti beberapa saat sebelumnya juga saya rasakan terkoneksi erat dengan pelatihan kali ini. Utamanya dalam hal memfasilitasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang bermakna dengan Cara 5M. Apa itu cara 5M? Cara 5M adalah pilihan cara untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan dan melibatkan siswa, orangtua maupun komunitas yang terdiri dari: 1. Memanusiakan hubungan, 2. Memahami konsep, 3. Membangun keberlanjutan, 4. Memilih tantangan, 5. Memberdayakan konteks (Kemdikbud RI; 2020). Ke-5 cara ini pun saya rasakan telah menginternalisasi pemikiran luhur seorang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara.

 

3.      Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD? 

Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya (Dewantara; 1977). Melakukan perubahan mendasar dan penting yaitu lebih berpusat pada anak, menciptakan suasana merdeka belajar, menghargai kodrat anak, dan tak akan surut menanamkan budi pekerti pada anak, serta selalu memuliakan dan berhamba pada anak, adalah hal pertama yang segera dapat saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Saya juga segera akan menyusun desain pembelajaan Merdeka Belajar sebagai wujud nyatanya, yang terdiri dari mulai dari diri, eksplore konsep, ruang kolaborasi, releksi terbimbing, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, dan aksi nyata. Saya yakin dengan desain pembelajaran yang baru ini, akan menyempurnakan pencapaian saya dalam mengajar dan utamanya memberikan hal terbaik yang dibutuhkan setiap murid, dengan tujuan utama yaitu terwujudnya ‘Pelajar Indonesia yang merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila’. Semoga perubahan penting dalam konsep pemikiran saya ini dapat berkontribusi bagi transformasi pendidikan nasional Indonesia.

Adapun alur desain kerangka pembelajaran ‘Merdeka Belajar’ adalah sebagai berikut:

1.      Tujuan Utama: ‘Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila’

2.      Profil Pelajar Pancasila:____(ada 6, tuliskan satu profil yang diharapkan)

3.      Kompetensi Pelajar Pancasila: ____ (tuliskan kompetensi yang diharapkan dari Profil Pelajar Pancasila yang dipilih kelompok)

4.      Indikator Ketercapaian: ________

5.      Elaborasi hingga pelaksanaan konkret di sekolah dan kelas Anda:

6.      Apa yang akan dilakukan untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?

7.      Mengapa memilih Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?

8.      Bagaimana mencapai Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?

9.      Siapakah para pihak yang terlihat dan bagaimana peran mereka?

 

Referensi:

 

Hajar, Ki Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2004)

 

Kemdikbud RI, 2020; https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/10/kemendikbud-selenggarakan-program-pendidikan-bagi-calon-guru-penggerak

 

Sutiyono, 2010, “Pendidikan Seni Sebagai Basis Pendidikan Karakter Multikulturalis” dalam Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan, No. XXIX. Edisi Khusus Dies Natalis UNY, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia D.I. Yogyakarta.

 

Saksono, Gatut Ign, 2010, Pendidikan Yang Memerdekakan Siswa, Diandra Primamitra Media, Yogyakarta.

 

Setkab RI, 2020; https://setkab.go.id/kemendikbud-luncurkan-merdeka-belajar-5-guru-penggerak-sebagai-pendorong-transformasi-pendidikan/

Trilling, B. and Fadel, C, 2009; 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc.

Yuli Cahyono, 2020; http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/diklat-penguatan-kepala-sekolah-pks-cks-cps-dan-pgp

 

===========wawa*smpn1denpasar===========

RANCANGAN AKSI NYATA

Judul Modul  : Kemajuan Partisipasi dan Kemandirian Anak Sebagai Internalisasi Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran IPS di Kelas VIII Tahun Ajaran 2020/2021

Oleh                : Putu Eka Juliana Jaya

Kelompok      : 3

Fasilitator       : Bapak Yuli Cahyono
Pendamping  : Bapak I Komang Witarsa

  1.                  LATAR BELAKANG

Karya tulis ini dibuat sebagai pemenuhan tugas pada Modul 1.1.10 pada Program Guru Penggerak yang diinisiasi oleh Kemdikbud RI, dalam hal ini Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (Kemdikbud RI; 2020, Setkab RI; 2020). Batas waktu yang diberikan selama empat minggu, akan mengupas berbagai masalah yang timbul terkait Merdeka Belajar dan berbagai solusi serta terobosannya untuk tercapainya partisipasi dan kemandirian siswa, dengan kerangka pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila.

Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak perubahan di segala bidang kehidupan manusia. Salah satu yang paling nyata adalah dampak pada bidang pendidikan. Sejak 16 Maret 2020, sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Corona Virus Disease (Covid-19) pada Satuan Pendidikan, dan Surat Edaran Walikota No. 443.33/1637/Dikes tanggal 5 Maret 2020 tentang peningkatan kewaspadaan penyebaran penyakit akibat virus Corona, maka seluruh siswa harus melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Demikian pula halnya dengan seluruh siswa SMP Negeri 1 Denpasar, juga wajib melaksanakan PJJ sebagai langkah antisipatif pencegahan penyebaran Covid-19 di wilayah Denpasar khususnya, dan Bali umumnya.

SMP Negeri 1 Denpasar menanggapi dengan sigap keputusan ini, dan mulai mempersiapkan seluruh system pembelajaran terkait untuk terselenggaranya PJJ. Aplikasi yang dipilih pada adalah dengan memakai Google Meeting dan Google Classroom serta Lentera Denpasar. Pada pelajaran IPS ada 6 kelas yang diamati yaitu kelas 8C, 8D, 8E, 8F, 8G, 8J. Tampak bahwa selama 3 bulan PJJ ada beberapa siswa yang kurang mandiri dan lalai dalam mengikuti kelas online dan pengumpulan tugas. Siswa-siswi tersebut merupakan anak yang memiliki kodrat nya sendiri (Dewantara I, 2004) seyogyanyalah Guru menemukan metode dan pola yang tepat untuk menumbuhkan partisipasi dan kemandiriannya melalui stimulus terpola yang akan dipilih kemudian. Dalam hal ini akan dipakai dan diadopsi desain pembelajaran “Merdeka Belajar” (Saksono, Gatut Ign, 2010) yang sangat berjiwa dan berkarakter pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Desain tersebut juga menekankan pada pendidikan karakter melalu seni budaya (Sutiyono, 2010) dan mengacu pada tercapainya Profil Pelajar Pancasila seperti yang reflektif (Yuli Cahyono; 2020), sehingga siswa mampu menginternalisasi ketrampilan abad 21 (Trilling, B. and Fadel, C, 2009).

 

2.      TUJUAN

Adapun tujuan dari rancangan aksi nyata ini adalah:

1)      Meningkatkan partisipasi dan kemandirian siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Denpasar dalam mengikuti PJJ dengan Google Meeting.

2)      Meningkatkan partisipasi dan kemandirian siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Denpasar mengumpulkan tugas dengan Google Classroom.

 

3.      TOLOK UKUR

Tolok ukur pencapaian dari rancangan aksi nyata ini adalah:

1)      Partisipasi dan kemandirian siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Denpasar dalam mengikuti PJJ dengan Google Meeting meningkat.

2)      Partisipasi dan kemandirian siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Denpasar dalam mengumpulkan tugas dengan Google Classroom meningkat.

 

4.      LINI MASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN

Rancangan aksi nyata ini akan dilakukan selama 4 minggu di kelas 8 SMP Negeri 1 Denpasar, dengan pembagian lini masa sebagai berikut:

Minggu Pertama       : persiapan

Minggu Kedua         : pengumpulan data dan informasi

Minggu Ketiga         : pengolahan data dan wawancara

Minggu Keempat     : pembuatan laporan

 

5.      DUKUNGAN YANG AKAN DIBUTUHKAN

Dalam rangka memperlancar rancangan aksi nyata ini dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, yaitu:

1)      Laptop, computer, printer; disediakan oleh sekolah.

2)      Kuota internet dan jaringan internet; disediakan oleh sekolah dan diberikan bantuan oleh Kemdikbud

3)      Handphone; milik pribadi

4)      Aplikasi Microsoft Office; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

5)      Aplikasi Google Meeting dan Google Classroom; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

Referensi:

 

Hajar, Ki Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2004)

 

Kemdikbud RI, 2020; https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/10/kemendikbud-selenggarakan-program-pendidikan-bagi-calon-guru-penggerak

 

Sutiyono, 2010, “Pendidikan Seni Sebagai Basis Pendidikan Karakter Multikulturalis” dalam Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan, No. XXIX. Edisi Khusus Dies Natalis UNY, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia D.I. Yogyakarta.

 

Saksono, Gatut Ign, 2010, Pendidikan Yang Memerdekakan Siswa, Diandra Primamitra Media, Yogyakarta.

 

Setkab RI, 2020; https://setkab.go.id/kemendikbud-luncurkan-merdeka-belajar-5-guru-penggerak-sebagai-pendorong-transformasi-pendidikan/

Trilling, B. and Fadel, C, 2009; 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc.

Yuli Cahyono, 2020; http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/diklat-penguatan-kepala-sekolah-pks-cks-cps-dan-pgp

 

 ================wawa*smpn1denpasar================