Langsung ke konten utama

MODUL 1.2.b.11 - AKSI NYATA REFLEKSI NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK (“Peran dan Nilai Guru Penggerak Untuk Mewujudkan Siswa Merdeka yang Berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI”)

 

MODUL 1.2.b.11 - AKSI NYATA

REFLEKSI NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

(“Peran dan Nilai Guru Penggerak Untuk Mewujudkan

Siswa Merdeka yang Berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI”)

 

 

 

 

 

 

Oleh:

Putu Eka Juliana Jaya

 

Sekolah:
SMP Negeri 1 Denpaar, Bali

 

Fasilitator:

Bapak Yuli Cahyono

 

Pengajar Praktik:

Bapak I Komang Witarsa

 

 

 

 

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

2020

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.                  LATAR BELAKANG

Para Calon Guru Penggerak, pada modul 1.2 ini, diajak menjelajahi nilai dan peran guru terkait penumbuhan dan pelestarian budaya positif. Guru juga diajak menelusuri dirinya sendiri sebagai manusia dan pendidk. Diawali dengan stimulasi untuk pemahaman proses munculnya pikiran dan emosi yang merupakan satu kesatuan aspek intrinsik dan ekstrinsik dalam konteks lingkungan pembelajaran. Sangat menyenangkan dan menantang pada modul ini guru diajak mengeksplorasi perubahan nyata di lingkungan masing-masing.

Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter. Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Salah satunya yang terpenting adalah senantiasa menjadikan Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai landasan dan pedoman dalam setiap proses belajar. Oleh karena itu, sebagai pendidik, selayaknya untuk berpikir kembali mengenai makna dan tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Sangat menarik mempelajari trapesium usia, teori gunung es, video kerusuhan agama di Maluku, serta teori kerja otak yang laksana eskalator. Tak kalah menariknya mengikuti ruang kolaborasi, elaborasi konsep, dan refleksi terbimbing. Semua pembelajaran itu memberikan wawasan baru bagi Calon Guru Penggerak tentang pentingnya memahami motivasi intrinsik dan perbedaan setiap murid. Mengerti bahwa pada dasarnya setiap murid adalah unik dan memerlukan sentuhan dan cara khusus untuk mendidiknya. Dalam teori Gunung Es Psikologi Sigmund  Freud mengatakan bahwa perilaku ditentukan oleh  alam bawah sadar yang berisi insting atau naluri alamiah dan dorongan biologis manusia (Sigmund Freud; 1987). Daniel Kahneman menulis tentang bagaimana membuat keputusan yang lebih tepat dengan memahami cara kerja otak dalam mengambil keputusan. Semua pembelajaran itu menggugah guru untuk berbuat lebih bermakna bagi muridnya. Apabila setiap murid sudah dididik dengan pendekatan yang bermakna, maka setiap anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri sesuai kodratnya. Setiap anak akan mencapai harapan dan cita-citanya suatu hari nanti di masa depan. Inilah kebanggan dan kepuasan setiap guru; menghantarkan anak-anak didiknya menuju kehidupan bermakna, selamat, dan berbahagia.

Seluruh dunia mengalami fenomena pandemi COVID-19 sejak akhir tahun 2019, tepatnya permulaan tahun 2020. Hal ini berdampak pula di segala sektor dan lini di Indonesia, termasuk seluruh sekolah. Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid selama masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus menyingkapkan bahwa orangtua pun punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal itu membuat semua stake holders kembali percaya bahwa gotong-royong dalam pendidikan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. Dari pengalaman tersebut, stake holders termsuk guru disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan. Mempertimbangkan kesalingterhubungan dan kerumitan tersebut, maka sebagai pendidik mau tidak mau guru harus menilik kembali apakah nilai-nilai diri guru telah selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu.

Inilah yang sudah dipelajari oleh Calon Guru Penggerak pada modul 1.2 ini, di mana guru diajak masuk ke dalam dan menelusuri diri sendiri sebagai manusia sekaligus pendidik, kemudian mengakui bahwa setiap orang adalah pribadi-pribadi istimewa yang unik. Modul ini mengajak guru menikmati proses munculnya pikiran dan emosi sebagai gambaran aspek intrinsik yang perlu dipertimbangkan sebagai satu kesatuan bersama aspek ekstrinsik dalam konteks lingkungan pembelajaran. Guru juga diajak mengeksplorasi dan berkolaborasi merencanakan perubahan nyata di lingkungan masing-masing. Ada secercah harapan, setelah mengalami dan berproses sepanjang materi ini, para Calon Guru Penggerak dapat menemukan jati diri sebagai Guru Penggerak. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka memercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

Siswa-siswi tersebut merupakan anak yang memiliki kodrat nya sendiri (Dewantara I, 2004) seyogyanyalah Guru menemukan metode dan pola yang tepat untuk menumbuhkan partisipasi dan kemandiriannya melalui stimulus terpola yang akan dipilih kemudian. Dalam hal ini akan dipakai dan diadopsi desain pembelajaran Merdeka Belajar (Saksono, Gatut Ign, 2010) yang sangat berjiwa dan berkarakter pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Desain tersebut juga menekankan pada pendidikan karakter melalu seni budaya (Sutiyono, 2010) dan mengacu pada tercapainya Profil Pelajar Pancasila seperti yang reflektif (Yuli Cahyono; 2020), sehingga siswa mampu menginternalisasi ketrampilan abad 21 (Trilling, B. and Fadel, C, 2009).

2.         RUMUSAN MASALAH

            Permasalahan yang dapat disampaikan pada aksi nyata ini adalah:

1)   Rendahnya nilai dan peran guru terkait penumbuhan dan pelestarian budaya positif.

2)   Kurangnya stimulasi untuk pemahaman proses munculnya pikiran dan emosi yang merupakan satu kesatuan aspek intrinsik dan ekstrinsik dalam konteks lingkungan pembelajaran.

3.         TUJUAN AKSI NYATA

Adapun tujuan dari rancangan aksi nyata ini adalah:

1)      Meningkatkan nilai dan peran guru terkait penumbuhan dan pelestarian budaya positif.

2)      Menumbuhkan stimulasi untuk pemahaman proses munculnya pikiran dan emosi yang merupakan satu kesatuan aspek intrinsik dan ekstrinsik dalam konteks lingkungan pembelajaran.

4.         TOLOK UKUR

Tolok ukur pencapaian dari rancangan aksi nyata ini adalah:

1)      Nilai dan peran guru terkait penumbuhan dan pelestarian budaya positif di sekolah mulai meningkat

2)      Stimulasi untuk pemahaman proses munculnya pikiran dan emosi yang merupakan satu kesatuan aspek intrinsik dan ekstrinsik dalam konteks lingkungan pembelajaran mulai bertumbuh di sekolah

 

5.         LINI MASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN

Rancangan aksi nyata ini akan dilakukan selama 10 hari, dari tanggal 9 November 2020 sampai 19 November 2020 di kelas 8 SMP Negeri 1 Denpasar, dengan pembagian lini masa sebagai berikut:

Pertama                    : persiapan (2 hari)

Kedua                      : pelaksanaan; pengumpulan data dan informasi, (5 hari)

Ketiga                      : pengolahan data dan wawancara (2 hari)

Keempat                   : pembuatan laporan (1 hari)

 

 

 

 

6.         DUKUNGAN YANG AKAN DIBUTUHKAN

Dalam rangka memperlancar rancangan aksi nyata ini dibutuhkan dukungan Kepala Sekolah, kolega Guru, Orang tua, dan siswa serta sarana dan prasarana penunjang, yaitu:

1)      Laptop, computer, printer; disediakan oleh sekolah.

2)      Kuota internet dan jaringan internet; disediakan oleh sekolah dan diberikan bantuan oleh Kemdikbud

3)      Handphone; milik pribadi

4)      Aplikasi Microsoft Office; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

5)      Aplikasi Google Meeting dan Google Classroom; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7. Rancangan tindakan

 

 

 

 

 

 

 

 

Latar Belakang

 

 

Belum terwujudnya Merdeka Belajar sesuai pemikiran KHD dan Konsep Nilai Kemanusiaan.

Lini masa tindakan yang akan dilakukan

 

 

Belum maksimal terwujud peran nyata Guru dalam memanusiakan hubungan.

Tahap persiapan: 2 hari

 

 

Perlu dikembangkan pola hubungan yang lebih optimal yang mencerminkan nilai dan peran Guru berdasarkan Pancasila, UUD 1945, NKRI.

Tahap pelaksanaan (pengumpulan data dan informasi: 5 hari

 

 

Tujuan

Tahap pengolahan data dan wawancara (2 hari)

 

 

Terwujudnya Merdeka Belajar sesuai pemikiran KHD dan Konsep Nilai Kemanusiaan.

Tahap evaluiasi & pembuatan laporan: 1 hari

 

 

Terwujud peran nyata Guru dalam memanusiakan hubungan.

Dukungan yang dibutuhkan

 

 

Terwujudnya sosialisasi dan penerapan pola hubungan yang makin optimal yang mencerminkan nilai dan peran Guru berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.

Kuota internet dan jaringan internet; disediakan oleh sekolah dan diberikan bantuan oleh Kemdikbud

 

 

Tolok Ulur

Laptop, computer, printer; disediakan oleh sekolah.

 

 

Merdeka Belajar sesuai pemikiran KHD dan Konsep Nilai Kemanusiaan dapat terlaksana.

Handphone; milik pribadi

 

 

Peran nyata Guru dalam memanusiakan hubungan dapat optimal dicapai.

Aplikasi Microsoft Office; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

 

 

Sosialisasi dan penerapan pola hubungan yang makin optimal yang mencerminkan nilai dan peran Guru berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan NKRI dapat terjadi saat pembelajaran dengan optimal.

Aplikasi Google Meeting dan Google Classroom; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

 

 

 

 

 

 

 

 

8. Hasil Aksi Nyata

Penelitian aksi nyata dilaksanakan dengan prinsip manajemen. Setiap aksi nyata terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Prosedur penelitian tindakan aksi nyata dilakukan secara bertahap mulai dari kegiatan aksi nyata perdana, pelaksanaan tindakan aksi nyata pertama dan aksi nyata kedua.

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Denpasar dengan jumlah kelas yang diamati adalah 6 kelas yang rata-rata terdiri dari 44 siswa. Siswa kelas VIII sebagai subyek penelitian ini memiliki karakteristik yang heterogen. Heterogen baik dalam segi kemampuan intelegensi, motivasi belajar, latar belakang keluarga, maupun sifat dan wataknya. Dari segi watak ada beberapa siswa yang memiliki watak sulit diatur, sehingga kadang-kadang menyulitkan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Namun secara umum memiliki kepribadian yang cukup baik. Permasalahan tersebut mungkin dikarenakan semangat belajar yang kurang. Keadaan tersebut dapat dilihat keadaan sehari-hari, di mana siswa sering mengeluh pusing dan bosan bila diajak belajar IPS. Permasalahan inilah yang mendorong peneliti mengangkat siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS sebagai obyek penelitian dengan memakai pendekatan budaya dan kemanusiaan sesuai nilai yang diharapkan.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan wawancara selama kagiatan aksi nyata, diperoleh gambaran umum partisipasi siswa selama diskusi dan kemandirian siswa dalam pengumpulan tugas. Gambaran umum tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan berikutnya. Kegiatan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui kelemahan tindakan aksi nyata awal, apakah telah terjadi perubahan atau belum, dan bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelamahan yang terjadi pada aksi nyata tersebut, selanjutnya digunakan untuk merencanakan tindakan aksi nyata berikutnya.

Peneliti mengadakan pengamatan atau observasi selama proses pembelajaran dan laporan hasil kerja kelompok siswa berupa rangkuman hasil diskusi kelompok, meliputi :

1)      Reaksi siswa saat menerima tugas mendiskusikan materi bagus dan tertib.

2)      Aktifitas siswa selama diskusi kelompok cukup aktif.

3)      Partisipasi siswa dalam membuat laporan hasil kerja cukup berpartisipasi.

4)      Produk siswa yang berupa laporan hasil kerja kelompok bagus.

5)      Partisipasi siswa selama diskusi kelas agak pasif.

6)      Partisipasi siswa selama membuat laporan bersama perlu dorongn tambahan

9. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan (kegagalan maupun keberhasilan)

1)             Selama kegiatan aksi nyata pada pembelajaran berlangsung, dapat diamati partisipasi dan kemandirian siswa. Partisipasi belajar siswa dengan Google Meeting pada aksi nyata setelah mendapatkan pendekatan budaya dan kemanusiaan  mengalami peningkatan daripada saat aksi nyata pertama, namun perlu lebih ditingkatkan lagi sehingga semuanya tersentuh. Sedangkan kemandirian siswa dapat diamati mengalami pula peningkatan saat aksi nyata pertama, artinya bila stimulus dengan pendekatan budaya dan kemanusiaan terus menerus dilakukan maka akan mencapai hasil yang diharapkan.

2)                 Peningkatan partisipasi dan kemandirian siswa ini terjadi setelah siswa mulai menerima pembelajaran dengan memakai desain pembelajaran dengan pendekatan budaya dan kemanusiaan yang lebih intens, sehingga yang mengedepankan keunggulan dan keunikan siswa, membuat rasa bahagia (well being) pada diri anak karena siswa diberikan kebebasan untuk berdiskusi dan berekspresi sesuai potensi minat dan bakatnya. Kondisi ini mendorong terbentuknya Profil Pelajar Pancasila yang diharapkan.

3)                 Dalam proses pembelajaran IPS siswa diamati semakin tertarik untuk mengikuti diskusi walaupun masih ada yang perlu diperhatikan secara khusus dalam diskusi. Dengan desain pembelajaran dengan pendekatan budaya dan kemanusiaan ini, mulai ada perubahan partisipasi dan kemandirian belajar siswa ke arah peningkatan.

10. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

1)      Guru hendaknya mulai menerapkan desain pembelajaran dengan pendekatan budaya dan kemanusaiaan yang mengadopsi pemikiran filosofi Ki Hajar Dewantara dan demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar secara menyeluruh untuk mewujudkan impian trasnformasi sistem pendidiak nasional Indonesia.

2)      Upaya peningkatan partisipasi dan kemandirian siswa ini hendaknya terus-menerus dilakukan sehingga tercapai ketuntasan 100%.

11. Dokumentasi Aksi Nyata

 

 

Lampiran:

DESAIN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BUDAYA DAN KEMANUSIAAN

(PJJ, BAGJA, Pemikiran KHD, Profil Pelajar Pancasila)

 

Kelompok CGP          : PUTU EKA JULIANA JAYA, S.E., M.Si

Fasilitator                   : Bapak Yuli Cahyono

Pndamping                  : Bapak Komang Witarsa

 

Satuan Pendidikan      : SMP NEGERI 1 DENPASAR

Mata Pelajaran            : IPS

Kelas/Semester            : VIII / Ganjil

Bab I                           : Interaksi Keruangan dalam Kehidupan di Negara- Negara ASEAN

Materi Pokok             : Mengenal Negara-Negara ASEAN

Alokasi Waktu            : 3 pertemuan  ( @ 40 Menit )  pertemuan ke 1

                                                                                                  

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan discovery learning model dan setelah mempelajari materi, diharapkan peserta didik dapat:

1)             Mendeskripsikan Letak dan  Luas Geografis Negara-Negara di ASEAN,

2)             Mendeskripsikan Letak koordinat Negara-Negara di ASEAN,

3)             Mengidentifikasi kakateristik seperti identitas negara, keadaan alam, penduduk, perekonomian, SDA,

4)             Kerjasama negara-negara ASEAN dan

5)             menginformasikan kembali peserta didik lain mengenai;

6)             letak dan Luas serta karakteristik Benua Asia dan Benua lainnya, 

7)             melalui bentuk muka bumi dari peta manual atau peta  Earth 3D

dengan penuh tanggung jawab, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, disiplin selama proses pembelajaran, bersikap jujur, percaya diri dan pantang menyerah, serta  memiliki sikap responsif  (berpikir kritis) dan proaktif (kreatif), serta mampu berkomunikasi, bekerja sama antar sesama, sehingga tercipta kepemimpinan yang baik.

 

 

B. Langkah-Langkah Pembelajaran

Kegiatan Pendahuluan  10 menit

1)        Orientasi (salam pembuka, berdoa, memeriksa kehadiran, memeriksa Kebersihan).

2)        Apersepsi (Mengaitkan materi yang lalu dan sekarang, dan mengajukan pertanyaan).

3)        Motivasi dengan melihat letak dan luas sekolah, selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran).

4)        Pemberian Acuan (memberitahukan cakupan materi pelajaran, KI/KD,  indikator, dan KKM, pembagian kelompok, menjelaskan mekanisme langkah-langkah kegiatan pembelajaran.)

 

Kegiatan Inti (40 Menit)

1)        Menstimulus dengan melihat/mengamati video dari youtube tentang letak dan  luas geografis negara-negara di ASEAN dan letak koordinas ASEAN atau menggunakan aplikasi Earth 3D.

Membaca materi dari sumber belajar,

Mendengarkan dan menyimak sekilas info tentang ASEAN,

 

2)        Mengajukan pertanyaan;

“Mengapa luas lautan indonesia lebih luas dari daratannya?”

“Bagaimana batas titik terluar Indonesia dan dimana letaknya?

“Seberapa besar luas indonesia dibanding negara ASEAN lainnya?

Mengajak siswa melalui perwakilan kelompok untuk menceritakan hal yang paling menarik menurut mereka dari video yang telah mereka amati.

Serta menceritakan apa hal positif yang mereka peroleh dari video tersebut.

 

3)        Mengumpulkan data dengan cara;

Mengamati obyek/kejadian,

Mencari dan mengumpulkan informasi berupa data /fakta untuk  menjawab pertanyaan yang sudah teridentifikasi melalui Wawancara dengan nara sumber dilingkungan sekolah, 

Membaca sumber lain selain buku teks,

selanjutnya Mempresentasikan ulang untuk saling bertukar informasi ( temuan baru).

 

4)        Mengolah data /informasi dari hasil pengamatan dan pengumpulan data atau sharing dengan kelompok lain dengan cara berdiskusi atau bermain kuis memakai aplikasi ASEAN.

 

5)        Memverifikasi untuk pembuktian hasil dari sumber literasi dengan;

Memperdalam atau  memperluas wawasan untuk solusi

Menghargai jajak pendapat untuk mufakat.

6)        Menyimpulkan dengan cara;

Menyampaikan hasil diskusi (hasil analisis),

Mempresentasikan  secara klasikal,

Mengemukakan  pendapat dan menanggapi pertanyaan,

Membuat  point-point penting,

Menyelesaikan  uji kompetensi dengan link google form atau dengan memakai paper test.

Kegiatan Penutup 10 Menit

1)        Peserta didik membuat resume point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran,

2)        Mengagendakan proyek, PR dan mempelajarai materi selanjutnya.

3)        Guru meakukan refleksi,

4)        Memberikan reward kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik,

5)        Pemberian pesan moral,

6)        Ucap Salam,

7)        Doa.

C. Assesment

1)        Teknik Penilaian Sikap (observasi ineteraktif), Pengetahuan (Tes tertulis atau lisan, Keterampilan (Proyek, pengamatan, wawancara, portofolio atau unjuk kerja produk)

2)        Remedial dan pengayaan (sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan sarana prasarana nya).

Denpasar, 9 November 2020

Guru Mata Pelajaran IPS

 

 

 

Putu Eka Juliana Jaya, SE., MSi.

NIP. 19700724 201406 2 002

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:

 

Adam Grant, 2014, Give and Take, Penguin Books, 375 Hudson Street, New York, 10014 USA

 

Beau Lotto, 2017, Deviate, Hachette Book Group Inc, 1290 Avenue of The Americas, New York, NY 10104 USA

 

Dawna Markova, PhD and Angie McArthur. 2015. Collaborative Intelligence. Spigel and Grau, Penguin Random House LLC, New York. 

 

Edward De Bono, 2014, Lateral Thinking, Ebury Publishing, CPI Group Ltd, Croydon, CR0 4YY United Kingdom

 

Hajar, Ki Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2004)

 

Kahneman, D. (2011). Thinking, fast and slow. Great Britain: Penguin Books.

Kemdikbud RI, 2020; https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/10/kemendikbud-selenggarakan-program-pendidikan-bagi-calon-guru-penggerak

 

Kemdikbud, 2020. Modul II Program Guru Penggerak (PGP), Kemdikbud, Jakarta.

 

Ken Segall, 2016, Think Simple, Random House, United Kingdom LLC

Komninos, A. (2020, April). The concept of the "triune brain". Interaction Design Foundation. Retrieved June 6, 2020 from https://www.interaction-design.org/literature/article/the-concept-of-the-triune-brain

Lumpkin, A. (2008). Teachers as role models teaching character and moral virtues. JOPERD, 79(2), 45-49. Retrieved June 6, 2020 from https://bit.ly/3cy4W8A

Massimo Pigliucci, 2017, How To Be A STOIC, Ebury Publishing, 20 Vauxhall Bridge Road, London, SW1V 2 SA United Kingdom

 

Merve Emre, 2018, The Personality Brokers, Doubleday, Pinguin, Random House LLC, New York USA

 

Saksono, Gatut Ign, 2010, Pendidikan Yang Memerdekakan Siswa, Diandra Primamitra Media, Yogyakarta.

 

Setkab RI, 2020; https://setkab.go.id/kemendikbud-luncurkan-merdeka-belajar-5-guru-penggerak-sebagai-pendorong-transformasi-pendidikan/

 

Sutiyono, 2010, “Pendidikan Seni Sebagai Basis Pendidikan Karakter Multikulturalis” dalam Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan, No. XXIX. Edisi Khusus Dies Natalis UNY, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia D.I. Yogyakarta.

 

Trilling, B. and Fadel, C, 2009; 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc.

 

Yuli Cahyono, 2019. Step By Step To Become School Principals: CV Aqeela Cipta Media, Sukoharjo, Jawa Tengah

 

Yuli Cahyono, 2020; http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/membangkitkan-potensi-guru-senior-di-sekolah-untuk-mendukung-program-guru-penggerak-pgp

 

Yuli Cahyono, 2020; http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/diklat-penguatan-kepala-sekolah-pks-cks-cps-dan-pgp

 

Yuli Cahyono, 2020; http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/diklat-penguatan-kepala-sekolah-pks-cks-cps-dan-pgp--bagian-11

 

 

 

 

================wawa*smpn1denpasar================

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koneksi Antar Materi dan Rancangan Aksi Nyata : PROGRAM GURU PENGGERAK - Angkatan 1

  “Menuju Manusia Merdeka bersama Ki Hajar Dewantara Melalui Profil Pelajar Pancasila yang Unggul dan Mengglobal”   Oleh                : Putu Eka Juliana Jaya Kelompok      : 3 Fasilitator       : Bapak Yuli Cahyono Pendamping  : Bapak I Komang Witarsa   Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004). Namun pola yang ada dewasa ini masih cenderung 1 arah, belum berfokus & berpusat pada murid, antar guru masih banyak yang belum kolaborasi. Maka kami perlu mempertajam keterampilan kepemimpinan, menggali lebih dalam tentang jati diri kami, mengasah berbagai keterampilan manajemen sekolah serta memperkaya dan menunjang sumber daya manusia yang berkualitas dan mumpuni (Yuli Cahyono,

"Ekonomi - Sejarah - Covid-19; Mari Kita Sambung"

"Ekonomi-Sejarah-Pandemi Covid-19; Mari Kita Sambung" Belajar di Rumah - IPS - Antisipasi Penyebaran Pandemi Covid-19 Selamat Pagi Anak-anak yang Rajn dan Hebat! Pada pagi hari ini, mari kita mencoba menghubungkan Ekonomi dengan Sejarah dan Pandemi Covid-19 ? Kalian tentu bertanya; "Bagaimana ya caranya?" Nah, untuk mempermudahnya; coba kalian amati dan baca dua point di bawah ini. 1.        Apa saja yang mengakibatkan  munculnya aktivitas perdagangan ? Dalam Pandemi Covid-19 ini bagaimana menurut kamu situasi perdagangan di Indonesia? Di masa penjajahan (kolonialisme dan imperialisme) Belanda dan Jepang bagaimana aktivitas perdagangan dilakukan? Apa yang menarik dan menguntungkan menurut mu? 2.        Apa saja tujuan perdagangan antar daerah, antar pulau, dan antar negara? Bagaimana dampak pandemi Covid-19 ini terhadap ke-3 jenis perdagangan tersebut? Di masa penjajahan sebelum kemerdekaan bagaimana aktivitas perdagangan dilakukan? Apa ya

Tri Hita Karana, SEL, dan Dinamika Pengajaran

"Tri Hita Karana Menjadi Energi  Pada  Social Emotional Learning (SEL) Beriringan Dengan Dinamika Pengajaran"  Hari ini bertepatan dengan hari Kartini, 21 April 2020; adalah Sesi ke-4, hari ke-2, WORKSHOP ONLINE PGRI BALI , dengan Nara Sumber dari Vietnam; Prof Nguyen Haidai. Beliau adalah Ketua dari WOW Bali, Yayasan Global banjar International yang sangat ahli di bidang Riset dan Teknologi Pendidikan. Materi yang dibawakan beliau luar biasa dalam upaya menggeser pola pendidikan konvensional menuju yang lebih dinamis sesuai dengan kearifan lokal kita. Contohnya Spirit Tri Hita Karana dan keindahan sistem Banjar di Bali menjadi energi dalam pengajaran.  Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan  falsafah  hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman  budaya  dan  lingkungan  di tengah hantaman  globalisasi  dan  homogenisasi .  Fokus utama WOW dalam Celebration Program & Framework nya adalah pemanfaatan technolog