Langsung ke konten utama

Koneksi Antar Materi, Modul 1.3, “Kekuatan Visi Guru Penggerak Mewujudkan Siswa Merdeka yang Berlandaskan Pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara dengan Pendekatan Inkuri Apresiatif”

 

Sintesis Pengetahuan

 Kekuatan Visi Guru Penggerak Mewujudkan Siswa Merdeka yang Berlandaskan Pemikiran Filosofis Ki Hajar Dewantara dengan Pendekatan Inkuri Apresiatif”

 

Oleh                : Putu Eka Juliana Jaya, S.E., M.Si

Modul             : 1.3

Kelompok      : 3

Fasilitator       : Bapak Drs. Yuli Cahyono, M.Pd
Pendamping  : Bapak I Komang Witarsa
, M.Pd

Tanggal          : 21-11-2020

 

Semakin seru saja Program Guru Penggerak ini. Memasuki Modul 1.3 para Calon Guru Penggerak (CGP) diajak untuk memahami apa itu pendekatan inkuiri apresiatif. Bagaimana tahapannya yang di-Indonesia-kan menjadi BAGJA. Terus terang, di awal pembelajaran, sempat kebingungan dengan arah yang dimaksud. Namun setelah dipoles dengan beberapa kali kolaborasi dalam web-meeting, pemahaman yang lebih mendalam akhirnya dapat dicapai.

Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan karena diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Tugas kepemimpinan adalah menciptakan keselarasan kekuatan, dengan cara yang membuat kelemahan suatu sistem menjadi tidak relevan. Hal ini siebutkan oleh Peter F. Drucker dalam pandangannya tentang inkuiri apresiatif.

Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.

Apakah yang dimaksud dengan Inkuiri Apreiatif? Apa kaitannya dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara? Apa pula kaitannya dengan murid merdeka? Akan dapat dikupas dari beberapa ulasan berikut ini, dalam bentuk question and answer.

  1. Apakah guru perlu memiliki visi? Visi tentang apa?

Perlu. Visi tentang menemukan pola, metode, yang dapat menghantarkan anak bangsa mencapai bahagia dan selamat; dan menajdi SDM unggul yang siap bersaing di era Global melalui kompetensi abad 21 (4C).

  1. Perlukah guru memiliki gambaran yang jelas mengenai layanan dan lingkungan pembelajaran yang diinginkan bagi murid mereka? Mengapa?

Sangat perlu. Layanan dan lingkungan yang jelas membuat Guru mudah memanfaatkan potensi sekitarnya untuk memaksimalkan pelayanan kepada anak. Layanan dan lingkungan pembelajaran yang jelas juga membuat semua proses pembelajaran lebih pasti, sehingga kreativitas yang akan dimunculkan saat PBM tak melampaui kondisi yang suada ada.

  1. Perlukah guru memiliki visi tentang murid-muridnya? Mengapa?

Perlu sekali. Guru perlu memiliki impian harapan visi terhadap murid nya. Memimpikan murid sukses di bidang masing-masing di masa depan, mengetahui kelemahan yang harus disiasati, akan membuat murid menapak selamat bahagia di masa depannya. Murid yang bermutu seperti itu, akan menjadi insan dewasa yang mumpuni; yang merupakan agregrat dari kualitas umum bangsa Indonesia. Murid kuat sehat cerdas bahagia adalah amsa depan bangsa.

4.      Apakah yang dimaksud murid merdeka dikaitkan dengan visi guru penggerak?

Murid yang memiliki pengharapan tinggi dapat mengonseptualisasikan tujuan mereka dengan jelas, sedangkan murid yang memiliki pengharapan rendah lebih ragu-ragu dan tidak jelas akan tujuan mereka. Murid dengan pengharapan tinggi menentukan tujuan mereka berdasarkan kinerja mereka sebelumnya. Mereka memasang target belajar dan standar kinerja yang sedikit lebih tinggi dari apa yang dapat mereka capai, karena mereka dapat menyelaraskan diri dengan tujuan mereka sendiri dan mengendalikan bagaimana mereka akan mencapainya. Murid seperti itu termotivasi secara intrinsik dan berkinerja baik secara akademis (Snyder et.al., 2002, p.824). Mereka adalah murid merdeka.

5.      Apa saja yang dimaksud dengan inkuiri apresiatif dan tahapan BAGJA?

Inkuiri Apresiatif merupakan sebuah model manajemen perubahan, yang memegang prinsip psikososial positif, pendekatan positif, dan pendidikan positif serta pendekatan berbasis kekuatan. IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016). Pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas,  serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa.

Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi,  sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.

BAGJA merupakan langkah atau tahapan dalam pendekatan Inkuiri Apresiatif dalam mengelola perubahan. B= Buat pertanyaan utama ; A = Ambil pelajaran; G= Gali mimpi; J=Jabarkan rencana; A= Atur eksekusi.

6.      Apa saja yang menurut Anda menjadi informasi utama dalam prinsip inkuiri apresiatif dan BAGJA?

Dalam hal ini ada beberapa informasi utama yaitu konsep Inkuiry Apresiatif dan konsep BAGJA. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.

IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016). Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas,  serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan  memberikan  penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Peter Drucker, seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen. Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh sebab itu seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan. Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah,  mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketidak-adaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan tersebut  dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah.

7.      Mengapa informasi tersebut diberikan pada Anda sekarang sebagai calon guru penggerak?

Informasi penting itu diberikan kepada saya selaku CGP karena hal itu dapat memperkaya “persenjataan” saya dalam memandu perubahan di sekolah. Pada awal penerapannya nanti, mungkin akan merasakan kejanggalan atau meragukan keberhasilannya. Namun sebaiknya kita tetap mencobanya dan menikmati kurva belajarnya. Kurva belajar yang akan  dialami mirip seperti seekor anak burung yang belajar terbang.  Pada saat pertama kali terbang, jalur terbang anak burung tidak akan langsung ke atas, tapi akan ke bawah dahulu kemudian meliuk ke atas sebagaimana terlihat pada gambar berikut. Sebaiknya kita terus percaya bahwa pendekatan positif akan membuahkan hasil yang lebih luar biasa. Ini semua perlu dibiasakan. Ini adalah kebiasaan baru.

8.       Informasi apa yang paling dapat membantu sebagai guru penggerak kelak?

Hal yang paling membantu saya sebagai Guru Penggerak kelak adalah informasi bahwa murid berhak mendapatkan lingkungan belajar yang bermakna dan berpihak pada murid. Hal ini harus ditumbuhkan demi menghantarkan murid menajdi insan unggul berkontribusi yang selamat dan berbahagia yang percaya diri bersaing secara global di masa yang akan datang.

9.      Apa pentingnya kita mengetahui pemetaan pemangku kepentingan?

a)      Pemetaan pemangku kepentingan penting agar lebih mudah melakukan perubahan (terwujudnya murid merdeka) yang diharapkan melalui IA dengan langkah BAGJA nya. BAGJA: buat pertanyaan (Define), Ambil pelajaran (Discover), Gali mimpi (Dream), Jabarkan rencana (Design), Atur eksekusi (Delivery)

b)      Agar dampak dari perubahan yang dilakukan memiliki kurva melengkung seperti yang diharapkan, dan bukan sebaliknya.

c)      Agar mampu memilih point penting mana yang sudah baik, yang akan kita lakukan sentuhan BAGJA untuk memperkuat keberhasilan.

d)     Agar dapat meramalkan dampak yang akan ditimbulkan; dampak baik maupun buruk nya.

e)      Agar memberdayakan kekuatan mereka sesuai dengan tupoksi yang dimiliki.

f)       Agar para stake holder dapat mengarahkan dalam melaksanakan program kegiatan sehingga tepat dan terarah.

10.  Apa komponen yang perlu ada dalam pemetaan pemangku kepentingan?

a)      Informasi akurat tentang siapa dan apa peran nya.

b)      Informasi akurat tentang apa kontribusinya pada perubahan yang diinginkan.

c)      Informasi yang relevan tentang point mana yang harus dipilih untuk dilakukan perubahan sesuai IA dg langkah BAGJA nya.

d)     Informasi akurat tentang potensi keberhasilan dan resiko yang mungkin muncul bila pilihan perubahan tersebut diambil (Risk and Benefit Analysis).

11.  Bagaimana kekuatan tersebut dapat membantu Anda menciptakan lingkungan, suasana dan interaksi belajar yang dapat memantik motivasi intrinsik murid.

a)      Disdikpora: pembuat kebijakan; diharapkan membuat kebijakan yang 1)pro-murid sehingga murid terlayani kebutuhan mereka terkait pendidikannya.  2)pro-guru, sehingga guru dapat fokus melayani siswa dan sedikit saja terbebani permasalahan administrasi yang rumit dan memakan waktu.

b)      Yayasan: pelindung; yang memberikan perlindungan secara hukum dalam menjalankan tugas sebagai pendidik di sekolah.

 

c)      Pengawas: penyelaras tindakan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan guru baik secara akademik dan managerial, yang mampu mengayomi secara adil, bijaksana, proporsional.

d)     Kepala Sekolah: pengelola, pendukung & penanggung jawab semua program, yang mengelola dan menggerakkan semua bawahan secara manusiawi, bijak, dan adil.

e)      Wakasek: pembantu Kepala Sekolah dalam menjalankan Program/Kegiatan, yang dapat membantu permasalahan siswa dan guru yang muncul selama proses pembelajaran.

f)       6) Guru: pelaksana program (mengajar), yang mengajar dan mendidik berpusat pada siswa, berhamba pada anak, menghargai potensi & keunikan siswa, mampu merefleksi.

g)      Komite & Orang tua siswa : pendukung pendanaan & kebijakan program sekolah, moril dan materi; yang memberikan dukungan baik akademik dan non akademik untuk kemajuan murid.

h)      Siswa: asset bangsa penerima pelayanan pendidikan, yang memiliki motivasi dan kreativitas belajar secara mandiri dan bersemangat.

i)        Pegawai TU: pendukung kelancaran administrasi, yang melayani administrasi yang dibutuhkan siswa, guru, dan sekolah.

j)        Kepala & Pegawai Perpustakaan: pendukung literasi dan kebutuhan buku siswa dan guru, yang mengakomodir kebutuhan dan minat baca siswa dan guru.

k)      Masyarakat Sekitar: sebagai pemerhati perkembangan sekolah dan pemberi umpan balik, yang peduli dan mampu bekerja sama dengan sekolah secara positif sehingga dapat menjamin keamanan dan kenyamanan siswa, guru, sekolah.

12.  Apa pemahaman Anda mengenai paradigma inkuiri apresiatif (IA)?

Inkuiri Apresiatif (IA) adalah sebuah model manajemen perubahan, yang memegang prinsip psikososial positif, pendekatan positif, pendidikan positif, dan pendekatan berbasis kekuatan, yang kolaboratif (Noble & McGrath, 2016).  Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider. Pendekatan ini dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas,  serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi.

13.  Bagian mana dari paradigma IA yang berkaitan dengan dua poin (Kodrat Alam dan kodrat Zaman) dari Ki Hajar Dewantara (KHD) tersebut?

Bagian yang paling berkaitan dalam IA dengan pemikian filosofis KHD adalah; menghargai keunikan yaitu kekuatan anak. Guru juga harus menghormati perbedaan tiap anak, dan menggali kekuatan yang ada pada tiap anak.

14.  Apa pemahaman Anda atas peran pendidik dalam dua poin pikiran KHD tersebut?

Tugas dan peran pendidik terkait pemikiran KHD adalah menuntun anak dengan cara bermakna berdasarkan kemanusiaan. Memotivasi dan memfasilitasi anak dengan menonjolkan kekuatannya dan membuat kelemahan menjadi tak relevan. Menjadi teladan bagi anak dengan penuh kasih saying. Niscaya anak dapat meraih impiannya dan bertumbuh menajdi selamat dan bahagia sebagai individu dan anggota masyarakat.

15.  Bagaimana Anda memanfaatkan paradigma IA untuk mewujudkan dua poin KHD tersebut?

Dua poin dari KHD adalah berkenaan dengan kodrat alam dan kodrat jaman yang intinya menghargai potensi anak dengan jalan memunculkan kekuatan tiap anak menjadi bermakna bagi anak tersebut sehingga bila pun ada kelemahan, ia menjadi tak relevan.

16.  Apa kesimpulan Anda tentang murid merdeka?

Murid Merdeka adalah murid yang mendapat pelayanan pendidikan dengan mengedepankan penghormatan pada keunikan (kodrat) murid. Dengan menghormati keberadaannya itu, murid akan dipahami, dimengerti, dan dituntun melalui pendidikan dan pengajaran yang bermakna yang berguna bagi keselamatan dan   sebagai anak dan anggota masyarakat di kemudian hari. Murid merdeka adalah cerminan dari diberlakukannya pemikiran filosofi KHD, tercapainya cita-cita menuju profil pelajar Pancasila. Murid yang merdeka adalah murid yang diperlakukan dengan azas kemanusiaan, memperhatikan trapesium usia, diagram gunung es, dan eskalator system kerja otak. Murid merdeka adalah murid yang menerima perlakuan yang menyenangkan dari Guru dan lingkungannya sesuai nilai dan peran guru yang diharapkan. Murid merdeka adalah murid yang memiliki visi dan impiannya, dan didampingi Guru & stake holders yang menuntunnya mencapai mimpinya.

17.   Apa ciri-ciri murid merdeka menurut Anda?

a)      Murid senang dan antusias mengikuti pelajaran; dari senyum dan raut wajah terlihat jelas.

b)      Murid berani bertanya dan tak khawatir di-bully; karena semua pertanyaan dihargai, telah dibuat kesepakatan tak boleh menertawakan pendapat atau pertanyaan orang lain

c)      Murid yang memiliki mimpi yang bias dipetakannya dengan jelas.

d)     Murid yang meneladani nilai dan peran gurunya; yang menggugu dan meniru gurunya.

e)      Murid yang menjadi sahabat bagi gurunya.

18.  Bagaimana mencapai visi murid merdeka di kelas Anda?

Mencapai Visi murid merdeka di kelas saya adalah dengan menerapkan prinsip merdeka belajar, dengan berpedoman pada pemikiran filosofis KHD, profil pelajar Pancasila, memberi teladan melalui penerapan nilai, peran, dan menuntun murid dengan rasa kemanusiaan. Perubahan nyata dengan IA dan BAGJA juga akan memunculkan potensi tiap anak, sehingga begitu potensi muncul, maka tujuan dan cita mereka tergambar. Bila arah sudah jelas, tentu terwujudlah visi murid merdeka tersebut.

19.    Bagaimana paradigma inkuiri apresiatif dapat membantu Anda mencapai murid merdeka?

Paradigma Inkuiri Apresiatif membantu saya mencapai murid merdeka dengan cara mengutamakan potensi keuatan yang ada pada semua diri siswa dan stake holders nya, dan membuat kelemahan yang ada menjadi tak lagi relevan mengganggu visi murid merdeka saya.

20.  Perilaku apa saja yang mencerminkan paradigma inkuiri apresiatif di kelas?

a)      Mengenali setiap karakter siswa dikelas (mapping)

b)      Memilih tindakan secara unik dan spesifik dalam menuntun siswa belajar.

c)      Mendorong kreativitas yang diinginkan siswa dalam menyelesaikan tugasnya.

d)     Memotivasi anak untuk memikirkan dan menalar setiap langkah yang akan dia ambil, dan memperkenalkan konsep IA dan BAGJA pada mereka sebagai modalnya.

e)      Memberikan ruang kebebasan bagi anak agar mau bertanya, merespons, menjawab melalui ruang kolaborasi yang sengaja di-desain.

f)       Memberikan kesempatan pada tiap anak untuk mengkomunikasikan dirinya, idenya, dan hal terkait pembelajaran yang telah dibuatnya.

 

Setelah melihat keterkaitan antara berbagai materi, Anda tentu memiliki perspektif yang lebih luas yang dapat memperkaya Anda dalam membuat perubahan di kelas atau sekolah. Pada tahapan pembelajaran setelah ini, Anda akan diminta untuk melakukan sebuah tindakan sebagai implementasi dari pemahaman yang sudah didapat. Temukan 5 perubahan yang menurut Anda paling diperlukan sekolah demi mewujudkan visi murid merdeka dengan efektif:

1.      Membuat siswa lebih aktif partisipatif

2.      Membuat kehadiran siswa lebih tinggi

3.      Meningkatkan prestasi belajar siswa

4.      Membuat siswa lebih berkolaborasi

5.      Meningkatkan kepedulian antar siswa

Urutkan daftar tersebut mulai dari yang paling mungkin diwujudkan menggunakan kekuatan yang ada dalam sekolah/kelas Anda sendiri. Lalu pilih SATU saja.

Kemudian, jalankan proses perencanaan Inkuiri Apresiatif menggunakan tahapan B-A-G-J-A secara mandiri, proyeksikan implementasi rencana Anda sampai pada apa dampak nyata yang akan diperoleh murid Anda atas perubahan yang Anda lakukan tersebut. Libatkan murid, komunitas dan unsur-unsur pemangku kepentingan dalam proses perencanaan Anda. Pastikan kembali, bahwa ini bukan sekedar untuk menyelesaikan tugas pendidikan sebagai CGP, ini untuk menumbuhkan murid-murid yang merdeka di sekolah/kelas Anda.  Oleh karena itu, pertimbangkanlah bagaimana Anda akan memastikan kontribusi suara dan pandangan murid Anda dalam pembuatan rencana implementasi penumbuhan murid merdeka di sekolah.

Setelah memutuskan perubahan yang akan Anda lakukan di kelas/sekolah, buatlah rancangan sederhana dengan mengisi bagan berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rancangan tindakan

 

 

 

 

 

 

Rancangan Tindakan Untuk Aksi Nyata

 

 

 

 

Judul Modul

REFLEKSI VISI CALON GURU PENGGERAK (Dengan Pendekatan Inkuiri Apresiatif dan Pemikiran Filosofis KHD)

 

 

Nama Peserta

PUTU EKA JULIANA JAYA (SMP Negeri 1 Denpasar)

 

 

 

 

Latar Belakang

 

 

Belum terwujudnya siswa yang aktif partisipatif sesuai Merdeka Belajar dan pendekatan Inkuiri Apresiatif serta pemikiran KHD

Lini masa tindakan yang akan dilakukan

 

 

Belum maksimal terwujud visi Guru dalam mengumpulkan kekuatan melalui BAGJA

Tahap persiapan: 2 hari

 

 

Perlu dikembangkan perubahan nyata yang lebih optimal yang mengadopsi kekuatan dan membuat kurva menjadi melengkung.

Tahap pelaksanaan (pengumpulan data dan informasi terkait): 5 hari

 

 

Tujuan

Tahap pengolahan data dan wawancara (2 hari)

 

 

Terwujudnya siswa yang aktif partisipatif sesuai Merdeka Belajar dan pendekatan Inkuiri Apresiatif serta pemikiran filosofis KHD

Tahap evaluiasi & pembuatan laporan: 1 hari

 

 

Terwujud visi guru dalam mengumpulkan kekuatan melalui BAGJA

Dukungan yang dibutuhkan

 

 

Terwujud peran nyata Guru yang semakin optimal dengan mengadopsi kekuatan dan membuat kurva melengkung pada saat perubahan diambil.

Kuota internet dan jaringan internet; disediakan oleh sekolah dan diberikan bantuan oleh Kemdikbud

 

 

Tolok Ulur

Laptop, computer, printer; disediakan oleh sekolah.

 

 

Tercapainya siswa yang lebih aktif dan partisipatif yang mencerminkan Merdeka Belajar sesuai pendekatan Inkuiri Apresiatif dan pemikiran filosofis KHD

Handphone; milik pribadi

 

 

Visi Guru nyata dan terukur dalam mengumpulkan kekuatan melalui BAGJA.

Aplikasi Microsoft Office; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

 

 

Tercapai sosialisasi dan penerapan pendekatan Inkuri apresiatif sehingga makin optimal dalam mengidentifikasi kekuatan setiap stake holders sehingga perubahan nyata memiliki kurva melengkung.

Aplikasi Google Meeting dan Google Classroom; disediakan oleh sekolah dan milik pribadi

 

 

 

 

 

 

Referensi:

AITSL. (n.d.). Spotlight: Reframing feedback to improve teaching and learning. Australian Institute for Teaching and School Leadership. Retrieve from https://bit.ly/3dQnMsg

Evans, R. (2001). The human side of school change: Reform, resistance, and the real-life problems of innovation. San Francisco: Jossey-Bass.

Fisher, R. (2005). Teaching children to learn. Cheltenham: Nelson Thornes.

 

Hajar, Ki Dewantara, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2004)

Hattie, J. & H. Timperley. (2007). The power of feedback. Review of educational research 77 (1), p.81-112. Retrieved form http://www.columbia.edu/~mvp19/ETF/Feedback.pdf

Kemdikbud RI, 2020; https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/10/kemendikbud-selenggarakan-program-pendidikan-bagi-calon-guru-penggerak

 

Lumpkin, A. (2008). Teachers as role models: Teaching character and moral virtues. Journal of Physical Education, Recreation and Dance, (JOPERD)

Noble, T. & H. McGrath. (2016). The PROSPER school pathways for student wellbeing: Policy and practices. SpringerBriefs in well-being and quality of life research. Springer, Australia.

Ryan, R.M. & E.L. Deci. (2000, January). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. American Psychologist 55 (1), 68-78. Retrieved June 4, 2020 from https://bit.ly/2AUMVUO

Sutiyono, 2010, “Pendidikan Seni Sebagai Basis Pendidikan Karakter Multikulturalis” dalam Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan, No. XXIX. Edisi Khusus Dies Natalis UNY, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia D.I. Yogyakarta.

 

Saksono, Gatut Ign, 2010, Pendidikan Yang Memerdekakan Siswa, Diandra Primamitra Media, Yogyakarta.

 

Setkab RI, 2020; https://setkab.go.id/kemendikbud-luncurkan-merdeka-belajar-5-guru-penggerak-sebagai-pendorong-transformasi-pendidikan/

 

 

 

 

 

 

===========wawa*smpn1denpasar===========

Komentar

Postingan populer dari blog ini

No! It is not ANTI MAIN STREAM! We will Win!

RESUME 4 BELAJAR MENULIS BERSAMA OmJay GELOMBANG ke- 9 Tema                          : *Menulis Buku dalam Seminggu dari Seminar Virtual di Youtube * Pertemuan                 : Ke-4 Metode                      : Daring via WAG Hari/Tanggal             : Senin, 13 April 2020 Waktu                        : Pk. 19.00 – 2 1 .00 WIB Nara Sumber             : Prof. Eko Indrajit   Pembicara nasional dan internasional   Pengurus Besar PGRI; Kepala Smart L...

Koneksi Antar Materi dan Rancangan Aksi Nyata : PROGRAM GURU PENGGERAK - Angkatan 1

  “Menuju Manusia Merdeka bersama Ki Hajar Dewantara Melalui Profil Pelajar Pancasila yang Unggul dan Mengglobal”   Oleh                : Putu Eka Juliana Jaya Kelompok      : 3 Fasilitator       : Bapak Yuli Cahyono Pendamping  : Bapak I Komang Witarsa   Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004). Namun pola yang ada dewasa ini masih cenderung 1 arah, belum berfokus & berpusat pada murid, antar guru masih banyak yang belum kolaborasi. Maka kami perlu mempertajam keterampilan kepemimpinan, menggali lebih dalam tentang jati diri kami,...

"Ekonomi - Sejarah - Covid-19; Mari Kita Sambung"

"Ekonomi-Sejarah-Pandemi Covid-19; Mari Kita Sambung" Belajar di Rumah - IPS - Antisipasi Penyebaran Pandemi Covid-19 Selamat Pagi Anak-anak yang Rajn dan Hebat! Pada pagi hari ini, mari kita mencoba menghubungkan Ekonomi dengan Sejarah dan Pandemi Covid-19 ? Kalian tentu bertanya; "Bagaimana ya caranya?" Nah, untuk mempermudahnya; coba kalian amati dan baca dua point di bawah ini. 1.        Apa saja yang mengakibatkan  munculnya aktivitas perdagangan ? Dalam Pandemi Covid-19 ini bagaimana menurut kamu situasi perdagangan di Indonesia? Di masa penjajahan (kolonialisme dan imperialisme) Belanda dan Jepang bagaimana aktivitas perdagangan dilakukan? Apa yang menarik dan menguntungkan menurut mu? 2.        Apa saja tujuan perdagangan antar daerah, antar pulau, dan antar negara? Bagaimana dampak pandemi Covid-19 ini terhadap ke-3 jenis perdagangan tersebut? Di masa penjajahan sebelum kemerdekaan bagai...